Dosen pengampuh: Arya Setya Nugroho
Di Susun oleh: Salwa Farodisa, Fildza Hani Fati Abidah, Claudiyah Marsyah, Nasa Mayyisi Ikhsani, Fajrul Izza
Mahasiswa PGSD Universitas Muhammadiyah Gresik
Email : fildzahani3@gmail.com
Merdekapostnews.com – Gresik,Jatim – Problematika pendidik ditinjau dari sosiologi dan antropologi pendidikan :
Tantangan Pemahaman Budaya dan Identitas
Dalam masyarakat multikultural, perbedaan budaya menjadi hal yang sangat krusial untuk dipahami. Hal ini memerlukan upaya lebih lanjut dari pendidik sosilogi dan antropologi untuk mengajarkan konsep-konsep seperti toleransi, empati, dan sikap terbuka terhadap keanekaragaman. Menurut penelitian oleh Agustina Susanti (2018), “Pemahaman yang tepat mengenai identitas budaya berperan penting dalam mengurangi konflik sosial dan menciptakan harmoni dalam masyarakat multikultural.”
Integrasi Sains dan Nilai Budaya Lokal
Pendekatan ilmiah dalam bidang sosilogi dan antropologi sering kali berpotensi mengabaikan nilai-nilai budaya lokal masyarakat multikultural. Ini menjadi tantangan bagi para pendidik untuk memadukan antara pengetahuan ilmiah dengan nilai-nilai lokal dalam proses pembelajaran. Dalam penelitiannya, Abdullah Hakim (2017) menyatakan bahwa “Integrasi sains dan nilai budaya lokal diperlukan untuk mendorong adaptasi pengetahuan yang relevan dan berkelanjutan bagi masyarakat multikultural.
Kesulitan dalam Penelitian Lapangan
Studi lapangan adalah bagian integral dari pendidikan sosilogi dan antropologi. Namun, dalam masyarakat multikultural, pendidik sering menghadapi kesulitan dalam mengakses dan mengumpulkan data dari kelompok etnis atau komunitas tertentu. Hal ini mungkin disebabkan oleh ketidakpercayaan atau perasaan terancam dari pihak-pihak yang diteliti. Untuk mengatasi masalah ini, Imam Santoso (2019) menyarankan agar “pendidik lebih mengutamakan metode penelitian partisipatif yang melibatkan partisipasi aktif dari anggota masyarakat yang diteliti.”
Konflik Interkultural dan Dinamika Sosial
Dalam masyarakat multikultural, konflik antarkelompok etnis atau agama dapat menjadi hal yang umum terjadi. Para pendidik sosilogi dan antropologi dihadapkan pada tugas penting untuk mengajarkan pemahaman tentang akar konflik ini dan upaya memediasi konflik yang terjadi. Dalam penelitiannya, Rina Fitriana (2016) menyatakan bahwa “Pendidik perlu memberikan pendekatan yang holistik dalam menggali akar konflik interkultural dan menyadari bahwa faktor sosial, ekonomi, dan politik saling terkaitdalam membentuk dinamika masyarakat multikultural.”
Penerapan Pendidikan Inklusif
Pendidikan sosilogi dan antropologi harus mencerminkan inklusivitas dalam masyarakat multikultural. Namun, pendidik sering menghadapi kendala dalam merancang kurikulum yang mengakomodasi keberagaman dan menghargai perbedaan di kelas. Menurut penelitian oleh Dewi Kusumawati (2020), “Pendidikan inklusif harus menjadi pijakan utama bagi kurikulum pendidikan sosilogi dan antropologi, di mana setiap siswa didorong untuk menghargai identitas dan kontribusi masing-masing dalam menciptakan harmoni social.
DAFTAR PUSTAKA
Fitria , R. (2016). Konflik Intelektural dan Dinamika Sosial di Masyarakat Multikultural . Jurnal Sosiologi Kontemporer , 125-139.
Hakim , A. (2017). Integrasi Sain dan Nilai Budaya Lokal dalam Pendidikan Antropologi . Jurnal Antropologi , 35-46.
Kusumawati, D. (2020). Pendidikan Inklusif dan Harmoni Sosial di Masyarakat Multikultural . Jurnal Pendidikan Inklusif , 10-21.
Santoso, I. (2019). Metode Penelitian Partisipatif dalam Kajian Sosiologi Masyarakat Multikultural. Jurnal Sosiologi Indonesia, 255-267.
Susanti , A. (2018). Pluralitas dan konflik Budaya: Tantangan dalam pendidikan Multikultural . Jurnal Pendidikan Sosial dan Kebudayaan , 185-196.